Sabtu, 26 November 2011

Aku....

IKA WARDANI...
Hai semua.....:-)
Kenalin aku Ika Wardani, aku dilahirkan di Gunungkidul pada tanggal 23 Juni 1993, dan sekarang aku menjadi salah satu Mahasiswi Universitas Islam Negeri Yogyakarta Fakultas Sains dan Teknologi dengan Prodi Pendidikan Matematika.
Aku paling suka warna Biru, dan suka banget sama bunga Mawar. Aku juga suka dengerin musik, musik apa aja aku suka yang penting kena di hati dan yang gak lebay lebay banget. Aku juga paling suka ne sama yang namanya jalan-jalan apa lagi kalau rame-rame bareng temen-temen. Selain itu aku juga suka banget ma yang namanya ngemil...ngemil apa aja boleh lah yang penting enaak..:-D. Aku juga suka Matematika, makannya aku kuliah dan ngambil PMAT. Cita-cita terbesarku adalah menjadi Guru Matematika yang menjadi Idola bagi Para Muridnya dan yang pastinya menjadi Idola untuk kedua orang yang paling berjasa alam hidupku, yakni Ibu dan Ayahku. Mereka lah hidupku. Amiiiiinnnnn.....:-)
Nah,,,Kata sahabat-sahabatku, aku ini orangnya suka ribet sendiri, hal yang gak perlu diribetin tapi malah ku buat ribet:-D. Tapi apa iya sich? Aku ga merasa gitu ...:-D
Mereka juga bilang, aku ini orangnya paling narsis diantara mereka..dimana-mana suka foto, foto, dan foto. (Ga tahu juga kenapa? Mungkin dah bawaan dari lahir)
Salah satu sahabatku juga ngatain aku ini dengan sebutan autis. Alasanya, karena aku ini tiap pegang Hp, ato ngapain aja suka asyik sendiri sampe lupa ma yang lain. Tapi selain itu aku jua asyik kok orangnya, buktinya sahabat-sahabatku betah kalau jalan ma aku. Kata mereka aku ini lucu orangnya, banyak sikap-sikap ku yang selalu bisa bikin mereka ketawa. Itu semua kata mereka sich, bukan kata aku ya,heee
Sebenarnya Aku malah ga merasa akan semua itu, aku jalani aja semua apa adanya. Tapi aku tetep belajar dan terus belajar untuk menjadi yang lebih baik.  Apalagi aku ini anak Tunggal, cewek pula, aku harus bisa menjadi kebanggaan untuk orang-orang yang aku sayangi terutama kedua orangtuaku.
Oya ada yang lupa, sahabat-sahabat ku juga nyebut aku dengan Miss Cendhol...kejam kan mereka heee.. Masak aku dipanggil kayak gitu, kata mereka sich karena aku ini tiap di kampus selalu nyebut-nyebut buat beli Es Cendol di kampusku, tepatnya di depan gedung MP di bawah pohon beringin besar. Di situlah Es Cendol langgananku ma temen-temenku dijual:-D
Hal yang menurutku paling asyik adalah kumpul bareng ma temen-temenku. Bareng Sleman CS(4 orang yang selalu menyebutku dengan sebutan yang aneh2 heee...), anak-anak PMAT’11 dan temen-temenku yang lainnya.
ini secuil cera tentang diriku...dan dulu ya,,kapan-kapan di sambung lagi heeee

LIRIK LAGU AGNES MONICA "RINDU"

Selama aku mencari
Selama aku menanti
Bayang-bayangmu dibatas senja
Matahari membakar rinduku
Ku melayang terbang tinggi
‘tuk slalu mega-mega
menembus dinding waktu
Ku terbaring dan pejamkan mata
Dalam hati kupangil namamu
Semoga saja kau dengar dan merasakan
Getaran dihatiku
Yang lama haus akan belaianmu
Seperti saat dulu
Saat pertama kau dekap dan kau kecup bibir ini
Dan kau bisaikan kata-kata ku cinta padamu
Peluhku berjatuhan
Menikmati sentuhan
Perasaan yang teramat dalam
Telah kau bawa segala yang kupunya
Segala yang kupunya ouoooo
Getaran dihatiku
Yang lama haus akan belaianmu
Seperti saat dulu
Saat pertama kau dekap dan kau kecup bibir ini
Dan kau bisikan kata-kata aku cinta padamu ooho kepadamu hohoh

EMPAT TIPOLOGI HUBUNGAN SAINS DAN AGAMA

Empat Tipologi Hubungan Sains dan Agama
Ian G. Barbour (2002:47) mencoba memetakan hubungan sains dan agama dengan membuka kemungkinan interaksi di antara keduanya. Melalui tipologi posisi perbincangan tentang hubungan sains dan agama, dia berusaha menunjukkan keberagaman posisi yang dapat diambil berkenaan dengan hubungan sains dan agama. Tipologi ini berlaku pada disiplin-disiplin ilmiah tertentu, salah satunya adalah biologi. Tipologi ini terdiri dari empat macam pandangan, yaitu: Konflik, Independensi, Dialog, dan Integrasi yang tiap-tiap variannya berbeda satu sama lain.
Dalam dunia modern sekarang ini sains merupakan karunia tak tertandingi sepanjang zaman bagi kehidupan manusia dalam menghadapi segala tuntutan dan perkembangannya. Dan sudah menjadi kebutuhan manusia yang ingin mencapai kemajuan dan kesejahteraan hidup, untuk menguasai dan memanfaatkan sains sebagai prasyarat bagi kelangsungan hidupnya. Namun, apakah kemajuan dan kesejahteraan hidup ini menjadi tujuan tunggal atas penguasaan dan pemanfaatan sains?.
Pesatnya kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi sebagi hasil aplikasi sains tampak jelas memberikan kesenangan bagi kehidupan lahiriah manusia secara luas. Dan manusia telah mampu mengeksploitasi kekayaan-kekayaan dunia secara besar-besaran. Yang menjadi permasalahan adalah pesatnya kemajuan itu sering diikuti dengan merosotnya kehidupan beragama (A. Sahirul Alim,1999:67).
Sebagai makhluk berakal, tentunya manusia juga sangat menyadari kebutuhannya untuk memperoleh kepastian, baik ilmiah maupun ideologi. Melalui sains, manusia berhubungan dengan realitas dalam memahami keberadaan diri dan lingkungannya. Dan agama menyadarkan manusia akan hubungan keragaman realitas tersebut, untuk memperoleh derajat kepastian mutlak, yakni kesadaran kehadiran Tuhan. Keduanya sama-sama penjelajahan realitas. Namun kualifikasi kebenaran yang bagaimanakah yang diperlukan manusia, sehingga realitas sains dan agama masih sering dipertentangkan? Untuk menyelesaikan ketegangan yang terjadi antara sains dan agama dapat ditinjau berbagai macam varian hubungan yang dapat terjadi antara sains dan agama. Namun, hendaknya terlebih dahulu dipahami konsep dan paradigma sains menurut para ilmuwan. Secara terminologi, sains berarti ilmu pengetahuan yang sistematik dan obyektif serta dapat diteliti

Sumber;harun yahya

Fakta-fakta Sejarah Penemuan Sains Dan Teknologi Islam Yang Disembunyikan Barat

Sejarah adalah peristiwa yang sudah terjadi, namun baru ditulis kemudian, jauh setelah kejadian sebenarnya berlalu. Sebagai cerita masa lalu sejarah mudah untuk dimanipulasi, dan disampaikan kepada generasi berikutnya yang hanya bisa menerima mentah-mentah informasi itu sebagai kebenaran.
Informasi mengenai penemuan-penemuan sains dan teknologi yang pernah kita terima kebanyakan berasal dari buku-buku pengetahuan Barat. Penemu-penemu yang disebut sebagai yang pertama di dunia itu pun dipuji sebagai orang yang berjasa kepada ilmu pengetahuan dan umat manusia.
 Abad pertengahan, masa kegelapan di Barat
Sejak jatuhnya kekaisaran Romawi tanggal 4 September 476, ketika kaisar terakhir dari kekaisaran Romawi Barat, Romulus Augustus, diberhentikan oleh Odoacer, seorang Jerman yang menjadi penguasa Itali setelah Julius Nepos meninggal pada tahun 480, maka dikatakan Eropa telah memasuki Masa-masa Kegelapan (Dark Ages). Masa-masa Kegelapan ini berlangsung kira-kira dari tahun 476 itu hingga Renaisans, sekitar tahun 1500-an. Renaisans disebut juga masa kelahiran kembali Eropa, atau kelahiran kembali budaya Yunani dan Romawi Purba, berupa kemajuan di bidang seni, pemikiran dan kesusasteraan yang mengeluarkan Eropa dari kegelapan intelektual abad pertengahan.
Kembalinya budaya Yunani dan Romawi Purba tersebut direbut dari tangan ilmuwan-ilmuwan Islam setelah mengalami perkembangan yang luar biasa. Dengan tanpa malu-malu, plagiator-plagiator Eropa itu mengklaim bahwa penemuan-penemuan sains dan teknologi itu adalah hasil usaha mereka.
Fakta-fakta sejarah sebenarnya
Sekarang, saya mencoba mengutipkan untuk anda, fakta sebenarnya yang terjadi, bahwa penemuan-penemuan sains dan teknologi itu sebagian besar berasal dari masa kejayaan Kekhalifahan Islam, oleh para sarjana Muslim. Semoga pengetahuan ini dapat disampaikan kepada anak-cucu kita dan menjadi penyadar bahwa kita sebenarnya mempunyai potensi yang sangat besar untuk menguasai kembali sains dan teknologi, dan tidak hanya menjadi pemakai atau korban teknologi.
Sejak 5.000 tahun SM
Masa perkembangan kebudayaan Mesir Purba. Menghasilkan limas-limas (piramida) yang hebat, sistem pengairan yang baik dan sistem bintang yang cukup bagus.  Namun ilmu bintang (astronomi) masih tercampur-aduk dengan ilmu perbintangan (astrologi). Ahli-ahli pengetahuan adalah pendeta-pendeta yang tidak mengenal batas antara logika, takhayul, dan kepercayaan, yaitu pemuja tritunggal Apis-Isis-Osiris.

Sejak 4.000 tahun SM
Masa perkembangan kebudayaan India Purba. India dengan kecenderungan samadinya lebih terkungkung dalam metafisika, monisme (menunggalnya manusia dengan dewata), dan pantheisme (hadirnya dewata di dalam segala yang ada). Mewariskan pengetahuan Astadhyayi, tata bahasa Sanskrit oleh Panini (kurang lebih 400 tahun SM) adalah pembahasan ilmiah ilmu bahasa yang mendahului pembahasan oleh Aristoteles (384-322 SM) dan bernilai jauh lebih tinggi.
Sejak lebih dari 2.000 tahun SM
Merupakan masa perkembangan kebudayaan Tiongkok Purba. Dengan pengetahuan bercorak kudus (sacral, scared). Mereka berpikir bahwa segala pemberian berasal dari Thian dan bukan obyektif-empirik, hasil ikhtiar manusia secara sistematik. Cara berpikir manusia Tiongkok Purba pada umumnya masih berdasarkan firasat dan renungan, belum kritik-analitik.
#Sumber
HarunYahya.com

MENUJU KAJIAN ISLAM KRITIS-AKADEMIS: SEBUAH PENGANTAR

Perkembangan kajian Islam (Islamic studies) di Indonesia menunjukkan kecenderungan yang relatif menggembirakan. Jika pada dekade 1970-an dan 1980-an sebuah kajian Islam dalam perspektif kritis-akademis cukup sulit ditemukan di lembaga pendidikan tinggi Islam seperti UIN/IAIN/STAIN dan semacamnya, maka kajian-kajian semacam ini sekarang bermunculan ibarat cendawan di musim hujan. Kenyataan ini tidak bisa dilepaskan dari revolusi paradigmatik di tubuh lembaga pendidikan tinggi Islam yang gerakannya diinisiasi oleh sejumlah pemikir Muslim ternama seperti Harun Nasution dan Munawir Sadzali.
Adalah Harun Nasution sebagai intelektual Muslim yang paling bertanggungjawab atas diperkenalkannya pendekatan rasional-kritis dalam kajian Islam di lembaga pendidikan tinggi Islam, terutama IAIN. Sebagai rektor IAIN Syarif Hidayatullah Jakarta, ia telah melakukan banyak perubahan mendasar terkait dengan pengembangan kajian Islam yang bertumpu pada kekuatan metodologis ilmiah. Efek domino dari gerakan pembaruan paradigmatik kajian Islam yang dilakukan Nasution turut dirasakan di IAIN-IAIN lain di Indonesia, terutama karena kebanyakan pimpinan lembaga pendidikan tinggi Islam ketika itu adalah juga anak didiknya ketika mereka menempuh jenjang studi lanjut (Program S2 dan S3) di Program Pascasarjana IAIN Jakarta. Tidak diragukan lagi, ia adalah peletak dasar pengembangan kajian Islam yang menekankan pada vitalitas dan validitas metodologis-ilmiah.
Orang kedua yang paling bertanggungjawab dalam perkembangan kajian Islam kritis di lembaga pendidikan tinggi Islam adalah Munawir Sadzali. Sebagai Menteri Agama RI dua periode berturut-turut pada masa Orde Baru, Munawir Sadzali telah menginisiasi sejumlah program unggulan di Departemen Agama RI yang berdampak langsung terhadap perubahan paradigmatik kajian Islam. Yang pertama adalah Program Pembibitan Dosen IAIN yang dipusatkan pada satu IAIN tertentu sebagai “kawah candradimuka” bagi calon-calon dosen seluruh IAIN se Indonesia selama sembilan bulan untuk mendadar diri dalam hal metode berpikir kritis, bahasa asing (Arab dan Inggris), serta kajian metodologis. Hingga saat ini, sudah lebih 250 orang dosen IAIN dilahirkan dari program ini.
Program kedua yang diintroduksi oleh Munawir Sadzali adalah dikirimkannya dosen-dosen IAIN di seluruh Indonesia untuk belajar kajian Islam di sejumlah universitas terkemuka di Barat, terutama di McGill University, Canada, yang sebagian besar feeder-nya juga diambilkan dari alumni program pembibitan dosen IAIN. Program ini juga telah bertanggungawab atas lahirnya banyak dosen IAIN yang lulusan Barat di jenjang S2 dan S3, sebuah fenomena yang pada masa-masa sebelumnya dianggap sebagai sesuatu yang tabu atau bahkan mission impossible.
Program terakhir adalah dibukanya Madrasah Aliyah Program Khusus (MAPK) di sejumlah kota (Yogyakarta, Ciamis dan Jember) guna mengkader calon ulama yang fasih mengulas ilmu-ilmu agama dari rujukan-rujukan primer berbahasa asing, terutama bahasa Arab. Hal ini berangkat dari keprihatinan Munawir Sadzali akan produk Madrasah Aliyah pasca terbitnya Surat Keputusan Bersama (SKB) Tiga Menteri—Menteri Dalam Negeri, Menteri Agama dan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan—tahun 1975 yang telah merombak komposisi kurikulum Madrasah Aliyah dengan muatan ilmu-ilmu agama 30 persen dan muatan ilmu-ilmu umum 70 persen.
Memang kedua “Begawan” kajian Islam Indonesia di atas telah pergi. Namun keduanya telah meninggalkan epistemic legacy yang tidak ternilai harganya dan tidak pernah lekang dari peta atau konfigurasi kajian Islam di Indonesia. Warisan akademis semacam inilah yang pada gilirannya berkontribusi bagi pengembangan kajian Islam yang kritis-akademis di lembaga pendidikan tinggi Islam dewasa ini. Secara langsung maupun tidak, sejumlah nama penting dalam peta kajian Islam di Indonesia—seperti Amin Abdullah dan Azyumardi Azra—tidak bisa dilepaskan dari sentuhan “tangan dingin” kedua Begawan di atas.
Pertanyaannya, apa dan bagaimana kajian Islam yang kritis-akademis itu? Pertama, kajian Islam yang kritis-akademis didorong oleh semangat, komitmen dan integritas  pure scientific inquiry yang kuat. Berbeda dengan kajian Islam yang berlangsung sebelum dekade 1970-an, kajian Islam kritis-akademis lebih menekankan pada obyektifitas akademis yang secara metodologis bisa dipertanggungjawabkan tingkat keilmiahannya. Jika modus kajian Islam era sebelum 1970-an lebih banyak diwarnai oleh perdebatan ideologis-normatif-apologetik, maka kajian Islam kritis-akademis lebih banyak bertumpu pada kekuatan nalar metodologis yang tunduk pada kaidah-kaidah ilmiah yang lazim berlaku dalam jagat ilmu pengetahuan: logiko-hipotetiko-verifikatif.
Kedua, kajian Islam kritis-akademis diwarnai oleh ekspansi metodologis dan perspektif teoretis yang dipinjam dari berbagai cabang keilmuan, terutama rumpun ilmu-ilmu sosial-humaniora. Sebagai produknya, maka bermunculanlah kajian Islam yang bersifat inter dan multi-disciplinary studies, akibat persilangan dan ramifikasi metodologis di luar ilmu-ilmu keislaman. Modus persilangan metodologis dan teoretik itu tidak saja berlangsung secara internal di dalam body ilmu-ilmu keislaman itu sendiri, melainkan meluas di sejumlah disiplin keilmuan rumpun ilmu-ilmu sosial-humaniora, bahkan sebagian ilmu-ilmu eksakta.
Sebagai contoh, kajian Islam inter-disciplinary telah melahirkan sejumlah kajian yang bernuansa persilangan internal seperti tafsir tarbawi, hadits tarbawi, tafsir dakwah, hadits dakwah, dan semacamnya. Sementara itu, secara eksternal kajian Islam multi-disciplinary telah melahirkan tema-tema lintas disiplin seperti studi kritik hadits, hermeneutika tafsir al-Qur’an, sosiologi hukum Islam, sosiologi dakwah, ekonomi-politik pendidikan Islam dan seterusnya. Fenomena persilangan akademik ini, pada akhir dekade 1990-an dan awal 2000-an sering disebut sebagai IAIN with wider mandate, atau IAIN dengan mandat akademis lebih luas.
Ketiga, mulai bergesernya pendulum paradigmatik dalam kajian Islam dari nalar deduktif ke nalar induktif. Jika nalar deduktif telah melahirkan karya-karya akademis yang mengandalkan kajianya pada kekuatan argumentasi logis atau konsistensi pengungkapan proposisi-proposisi ilmiah semata (yang dalam filsafat ilmu disebut sebagai teori koherensi), maka nalar induktif bekerja pada konfirmasi dan afirmasi segala sesuatu yang logis-argumentatif tersebut dengan basis empiris di lapangan. Jika pembuktian kebenaran akademis dalam nalar deduktif lebih banyak berlangsung secara apriori, maka pembuktian kebenaran dalam nalar induktif lebih banyak berlangsung secara aposteriori. Oleh karena itu, kajian Islam kritis-akademis lebih banyak terkait dengan setting tertentu sebagai konteks penjangkaran atau pembumian obyek kajian Islam, baik secara ruang/tempat, waktu maupun kajian tokoh. 
sumber;kalam-bio.blogspot.com/.../contoh-rasulullah-menghargai-alam.html

PENGANTAR ILMU PENDIDIKAN

SEJARAH PENDIDIKAN INDONESIA
Arti penting pendidikan bagi manusia adalah pendidkan sebagai sumber pokok kekutatan manusia karena dengan pengetahuan yang mereka miliki manusia mampu melakukan olah cipta sehingga mereka mampu bertahan dalam masa yang terus maju dan berkembang. Dengan adanya pendidikan akan terlaksana olah cipta yang akan dilakukn oleh manusia untuk memenuhi kebutuhan hidupnya.Pendidikan menurut KBBI berarti sebuah kegiatan perbaikan tata-laku dan pendewasaan manusia melalui pengetahuan.
Bila kita amati pendidikan yang berkembang sekarang ini merupakan adopsi dari berbagai model pendidikan di masa lalu. Informasi mengenai bagaimana model pendidikan di masa prasejarah masih belum dapat terekonstruksi dengan sempurna. Namun bisa diasumsikan media pembelajaran yang ada pada masa itu berkaitan dengan konteks sosial yang sederhana.
Berikut adalah keadaan pendidikan di Indonesia sejak zaman purba hingga sekarang;
A.    Pendidikan Masa Hindhu-Budha

v    Sistem pendidikan hindhu budha dikenal dengan istilah Karsyan yang berarti tempat yang diperuntukan bagi petapa dan untuk orang-orang yang mengundurkan diri dari keramaian dunia yang bertujuan mendekatkan diri dengan dewa tertinggi.
v    Karsyan dibag menjadi dua bentuk:
·    Patapan berarti suatu tempat yang digunakan oleh seseorang untuk mengasingkan diri dalam kurun waktu tertentu hingga ia dapat memperoleh petunjuk atau sesuatu yang dicita-citakannya.
-    Cirikhas: Biasanya merupakan sebuah bangunan seperti rumah atau pondokan. Bentuk patapan dapat sederhana, seperti gua atau ceruk, batu-batu besar, ataupun pada bangunan yang bersifat artificial.
·    Mandala (kedewaguruan) merupakan tempat suci yang menjadi pusat segala   kegiatan keagamaan,atau merupakan sebuah kawasan atau kompleks yang diperuntukan untuk para wiku/pendeta, murid, dan mungkin juga pengikutnya. Pemimpin Mandala disebut sebagai Dewaguru.
§    Masyarakat yang tinggal di Mandala berkewajiban untuk melakukan Tapa. Tapa berarti menahan diri dari segala bentuk hawa nafsu, orang yang bertapa biasanya mendapat bimbingan khusus dari sang guru.
v    Dasar pendidikan masa hindu budha adalah filafat Hindu Budha.
v    Tujuan pendidikannya adalah untuk mencapai Nirwana karena merka mengangap manusia yang mencapai Nirana adalah manusia ang sempurna.
v    Sistem pendidikannya diselenggarakan dengan sisitem guru kuladan yang berlangsung di asrama.

B.    PENDIDKAN PADA MASA ISLAM
v    Sistem pendidikan yang ada pada masa Hindu-Budha kemudian berlanjut pada masa Islam. Sistem pendidikan pada masa Islam merupakan alkultursi antara sitem patapan Hindu budha denagn sitem pendidikan Islam yang sudah mengenal Uzlah yang berarti menyendiri.
v    Sistem pendidikannya dikenal dengan pondok pesatren. Berasal dari bahasa Arab “Funduq” dan bahasa Yunani “Pandokheyon” yng bertri tepat tinggal.
·    Lokasi yang digunakan untuk mendirikan pesatren adalah lokasi yang jauh dari keramaian dunia, jauh dari permukiman penduduk, jauh dari ibu kota kerajaan maupun kota-kota besar.
v    Pengaruh kebudayaan islam meliputi semua segi kehidupan.
v    Tujuan pendidikan Islam adalah untuk membentuk manusia muslim yang sholeh (berakhlak). Ada dua lembaga penting yang berperan dlam enyebaran agama islam yakni langgar dan pestren yang kemudian disusul dengan adanya Madrasah.
v    Pendidikan agama Islam tidak terbatas, siapapun diperbolehkan untuk ikut lembaga pendidikan Islam.
v    Pendidikannya bersifat demokratis dan pengajaran untuk rakyat.
PENDIDIKAN PADA MASA KOLONIAL
v    Pendidikan pada masa kolonial kurang dapat dirasakan oleh para penduduk pribumi. Hal ini dikarenakan pada saat itu, sistem pendidikan yang diberlakukan oleh pemerintah kolonial adalah sistem pendidikan yang bersifat diskriminatif. Hanya orang-orang Belanda dan keturunanya yang boleh bersekolah serta rakyat pribumi yang berasal dari golongan orang priyayi.
v    Pendidian pada masa kolonial mempunyai tujuan:
·    Mencetak tenaga murah yang bisa dan mengerti baca tulis.
·    Mendapatkan tenaga yang siap mengabdi keada pemerintah untuk kepentingan Belanda.
·    Untuk mempertahankan kelangsungan penjajahan Belanda di Indonesia.
·    Untuk membentuk tentara yang siap melawan sekutu.
C.    Pendidikan Pada Masa Globalisasi
Pendidikan abad 21 diwarnai dengan pengaruh globalisasi. Berbagai sistem pendidikan berlomba-lomba diadopsi, dikembangkan dan disesuaikan. Institusi-institusi pendidikan mulai menjamur. Namun muncul kritik dari beberapa orang seperti Ivan Illich, yang menganggap sistem pendidikan hanya berorientasi untuk menghasilkan tenaga kerja untuk kepentingan industri semata. Pendidikan kehilangan maknanya sebagai sarana pembelajaran.
Kemudian muncul sebuah ide Home Schooling, yaitu pendidikan yang tidak mengandalkan institusi formal, tapi tetap bisa dilakukan di rumah sesuai kurikulum. Home Schooling adalah pola pendidikan yang dilatarbelakangi adanya ketidakpercayaan terhadap fenomena negatif yang umum terdapat pada institusi formal, serta metode yang didaktis dan seragam.
Namun bukan berarti institusi pendidikan formal tidak menyesuaikan diri. Kini, timbul kesadaran bahwa prestasi bukanlah angka-angka yang didapat di ujian, atau merah-birunya rapor. Melainkan adanya kesadaran akan pentingnya sebuah kurikulum berdasarkan kompetensi.

sumber;modul PIP oleh Panji Hidayat

PENGERTIAN PENDIDIKAN

Unsur-unsur pendidikan adalah anak didik yaitu pihak yang menjadi objek utama pendidikan, kemudian pendidik yaitu pihak yang menjadi subyek dari pelaksanaan pendidikan. Materi juga berpengaruh pada pendidikan berupa bahan atau pengalaman belajar yang disusun menjadi kurikulum. Alat pendidikan pendidikan dibutuhkan sebagai suatu tindakan yang menjadi kelangsungan mendidik. Lingkungan yang merupakan keadaan yang berbengaruh terhadap hasil pendidikan, dan juga dasar serta landasan pendidikan yang menjadi fundamental dari segala kegiatan pendidikan.
Pendidikan adalah suatu usaha sadar yang teratur dan tematis, yang dilakukan seseorang untuk mempengaruhi agar anak mempunyai sifat dan tabiat yang sesuai dengan tujuan pendidikan. Yang menjadi eksistensi mendidik terletak pada tujuan mendidik, sedang mengajar eksistensinya terletak pada materinya. Oleh karena itu dapat disimpulkan bahwa mendidik lebih luas dari pada mengajar, dan mengajar merupakan sarana dalam mendidik.
Adapun faktor-faktor yang membatasi kemampuan pendidikan adalah faktor anak didik yang di dalam anak didik terdapat potensi-potensi yang butuh pendidikan dari luar, kemudian faktor pendidik yaitu guru yang mempunyai metode dalam penyampian yang berbeda dan beragam. Yang tak kalah penting juga adalah faktor lingkungan yang sangat berpengaruh baik positif maupun negatif. Lama pendidikan tidak ada batasnya. Menurut Lengeveld pendidikan berakhir di saat anak itu telah sadar atau mengenal kewibawaan (gezaag) dengan ciri-ciri adanya kestabilan, sifat tanggung jawab dan sifat berdiri sendiri. Menurut sarjanawan pendidikan dari Barat jika anak telah berumur 20 atau 21 tahun dianggap sebagai dewasa sedang menurut bangsa Timur bahwa pendidikan tidak hanya di mulai sejak prenatal melainkan di mulai sejak anak diciptakan (konsepsi).
Dasar dan tujuan merupakan salah masalah yang sangat fundamental dalam pelaksanaan pendidikan. Oleh karena itu dasar akan menentukan corak dan isi dari pendidikan akan menuju arah mana anak akan dibawa. Pendidikan adalah bantuan yang diberikan dengan sengaja kepada anak dalam pertumbuhan jasmani maupun rohaninya untuk mencapai tingkat dewasa. Mendidik lebih luas dari pada mengajar, mengajar hanyalah merupakan alat atau sarana di dalam mendidik. Sedangkan mendidik harus mempunyai tujuan nilai-nilai yang tinggi. Mengajar adalah transfer pengetahuan (transfer of knowledge), sedangkan mendidik adalah menstransfer nilai-nilai dalam pendidikan (transfer of value). Batas-batas Kemampuan Pendidikan dipengaruhi oleh beberapa faktor yaitu faktor yang terletak pada anak didik, faktor yang terletak pada si pendidik dan faktor yang ada pada lingkungan. 
Apakah Pendidikan itu? Mengenai pertanyaan apa pendidikan itu dapat kita jawab. Bahwasannya dalam hand out ini dikemukakan dua pengertian secara umum yaitu pendidikan ialah suatu usaha yang sadar yang teratur dan sitematis, yang dilakukan oleh orang-orang yang diserahi tanggung jawab untuk mempengaruhi anak agar mempunyai sifat dan tabiat yang sesuai dengan cita-cita pendidikan. Sedang pengertian yang kedua pendidikan adalah bantuan yang diberikan secara sengaja kepada anak dalam pertumbuhan jasmani maupun rohani.
Secara teoritis pengertian mendidik dan mengajar tidaklah sama. Mengajar berarti menyerahkan atau manyampaikan ilmu pengetahuan atau keterampilan dan lain sebagainya kepada orang lain, dengan menggunakan cara-cara tertentu sehingga ilmu-ilmu tersebut bisa menjadi milik orang lain. Lain halnya mendidik, bahwa mendidik tidak hanya cukup dengan hanya memberikan ilmu pengetahuan ataupun keterampilan, melainkan juga harus ditanamkan pada anak didik nilai-nilai dan norma-norma susila yang tinggi dan luhur.
Dari pengertian di atas dapat kita ketahui bahwa mendidik lebih luas dari pada mengajar. Mengajar hanyalah alat atau sarana dalam mendidik .dan mendidik harus mempunyai tujuan dan nilai-nilai yang tinggi.

sumber;modul PIP oleh Panji Hidayat